Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Juni 2011

NASKAH DRAMA

bahasa: Indonesia
pemain: 10 orang + 1 narator
setting: sekolah, rumah, toko
alur: maju
judul: BETA ANAK LASKAR PAPUA
tema: pendidikan dan persahabatan


BETA ANAK LASKAR PAPUA
Pagi itu berjalan seperti hari Senin yang biasa. Diawali dengan upacara sederhana  dan kemudian murid-murid memasuki kelas yang sederhana pula untuk menuntut imu. Sekolah di pedalaman Papua memang terbilang terpencil dan jauh dari fasilitas memadai.
Pak Darwis  :   (memasuki kelas dengan menggebrak pintu reyot) “Pagi, anak-anak!”
Murid            :   “Pagi bapaaaaaaak!”
Pak Darwis :   (sedikit membentak) “Buka! Buka buku kalian!”
Ikal                 :   (menjawab dengan polos) “Kita tak punya buku, Pak.”
Pak Darwis  :   “Oh iya iya.” (menepuk dahi) “Berhitung berhitung! Hari ini berhitung! Kalian ni harus punya banyak ilmu layaknya bapak! Ayo mulai berhitung!”
(Semua murid berhitung bergilir hingga saat tiba giliran Harun, semua terdiam)
Pak Darwis  :   “Kenapa kau, nak?”
Noni              :   “Harun bingung, bapak.”
Pak Darwis  :   “Apa yang ia pikirkan? Bantu dia! Lekas bantu dia!”
Harun            :   (Menjawab dengan polos) “Aku mau menyanyi.”
Pak Darwis  :   “Yayaya! Ayo kita menyanyi. Kita bantu dia berhitung dalam nyanyian!”
Mahar           :   “Aku nak pimpin nyanyian, bapak!”
Pak Darwis  :   “Yayaya silahkan, Mahar!” (Mahar ke depan kelas)
(Menyanyi satu satu aku sayang ibu) (lirik “1 2 3 sayang semuanya” diganti jadi “4 5 6 sayang semuanya”)
Begitulah belajar dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Kita bisa mendapat ilmu tidak hanya melalui buku pelajaran ‘kan?
(Bu Mus dan Lintang memasuki kelas)
Bu Mus         :   “Permisi, bapak Darwis.” (Pak Darwis mempersilahkan Bu Mus masuk) “Anak-anak, kalian punya teman belajar baru. Dia anak pantai Papua, kenalkan, Lintang Gemintang.”
Lintang         :   “Aku Lintang Gemintang. Panggil aku Lintang saja.”
Flo                  :   “Hei Lintang saja, kau sekolah dimana dulunya?”
Lintang         :   “Aku tak sekolah. Hanya bantu Ayah cari Ikan di pasak.”
Flo                  :   “OOOOH(berbisik ke Mahar) “Kita lebih berilmu dari dia, Mahar!”
Mahar           :   “Yayaya! Kau betul itu, Flo. Kita nak kerjai dia?”
Flo                  :   “Bereslaaah ituuu!”
Bu Mus         :   “Ada apa, Flo? Mahar?” (Flo dan Mahar hanya menggeleng dan tidak menjawab) “Baiklah, Lintang, kau duduk di… (berpikir dan terhenyak sedih) kita tak punya bangku lebih.”
 Ikal                :   “Aku mau berbagi bangku dengannya, Ibuu!”
Bu Mus         :   “Bagus kalau begitu. Berbagilah dengan sesama. Ibu keluar dulu ya, anak-anak. Berteman yang baik dengan Lintang!”
Murid            :   “Iya, buuuuu.”
Bu Mus         :   “Oiya Ikal, jangan lupa ke toko china. Kapur kelas sudah mau habis.”
Ikal                 :   “Baik, Ibu!”
Lintang         :   (Menghampiri bangku Ikal dan menyodorkan tangan) “Aku Lintang.”
Ikal                 :   “Aku Ikal.” (menjabat tangan Lintang. Lintang duduk)
Pelajaran dengan Pak Darwis pun berlanjut.
Dan tibalah waktunya untuk pulang.
Pak Darwis  :   “Sudah-sudah, istirahatlah kalian di rumah. Bisa pusing kalian belajar terus. Hari ini sampai di sini dulu belajar kita! Bapak permisi.”
Murid            :   Terima kasih bapaaaak!
Mahar           :   (Menyolek Lintang) “Hei, kenalkan aku Mahar. Pria muda dari Jayapura yang pandai bersenandung ria. Mau dengar senandungku?”
Noni              :   “Mahar, jangan kau jahili dia!”
Mahar           :   (Menoleh ke Noni) “Kau sirik sekali, Noni. Nanti kau yang aku jahili!” (Menoleh ke Lintang lagi)
Lintang         :   “Aku Lintang (tersenyum).”
Mahar           :   “Aku punya ujian buat kau. Pertanyaan ini wajib bagi semua murid baru.”
Noni              :   “Jangan macam-macam padanya kau, Har.”
Mahar           :   “25 dibagi setengah berapa hasilnya?” (Semua murid mengeluarkan lidi berhitung mereka)
Lintang         :   “Tentu saja 50.” (Murid-murid kaget karena Lintang menjawab dengan cepat)
Mahar           :   “BAH! Mana ada pembagian yang hasilannya jadi membesar?”
Lintang         :   “Memang kau pikir 25 dibagi setengah itu berapa?”
Mahar           :   “Gak tau. Makanya aku nanyakan pada kau.”
Lintang         :   “Begini, lihat ini (mengeluarkan penghapus) 1 penghapus ini aku potong menjadi setengah bagiannya. Jadi ada 2 penghapus! Berarti 1 dibagi setengah hasilnya 2. Kalau ada 25 penghapus, berarti nanti bakal ada 50 penghapus seperti ini.”
Mahar           :   “OOOH begitu (mengangguk mengerti). Kau tahu, kau buang-buang penghapus!”
Lintang         :   “Tidak, ini buat Ikal. Sekarang Ikal punya penghapus.”
Ikal                 :   “WAAAH ASYYIIIIK!”
Flo                  :   “Lintang, kamu pintar ya?”
Ikal                 :   “Tentu saja dia pintar! Cerdas pula! Tidak seperti kau, Flo!”
Flo                  :   “Iiih. Tapi kan dia tidak sekolah!”
Lintang         :   “Aku banyak diajari Ayahku kalau di rumah.”
Ikal                 :   “Iya, dia di rumah belajar. Kalau kau, Flo? Kau hanya bermain game di rumah. Ya kan?”
Flo                  :   “iiih apaansi. Nanti kau kuajak main ke rumah di kota. Kau pasti ketagihan bermain game juga!”
Ikal                 :   (Berbinar dan bersemangat) “YANG BENAR?? AKU MAU!”
Flo                  :   “Tuh kan, semangat kalau diajak bermain.”
Harun            :   “Harun juga mau main gem.”
Lintang         :   “Kau punya game? Kau tinggal di kota?”
Flo                  :   “Iya. Emang kenapa?”
Lintang         :   “Kenapa kau sekolah di pedalaman seperti kami?”
Noni & Ikal  :   “KARNA FLO SUKA SAMA MAHAR! HAHAHA!”
Harun            :   “Harun juga suka sama Mahar.”
Flo                  :   “iiih apaansiii.” (Mahar tersipu malu) “Mau ke rumahku tidak?”
Murid            :   “aku mauuuuu!”
Lintang         :   “Aku boleh ikut?”
Flo                  :   “Tentu saja boleh!”
Seusai pelajaran berakhir, para murid bersiap menuju rumah Flo. Anak-anak pedalaman Papua itu tidak sabar menikmati apa yang mereka sebut sebagai hiburan anak kota alias game yang sering diceritakan oleh Flo.
Sesampainya di rumah Flo…
Flo                  :   Papa, Flo pulang bawa kawan-kawan Papuaaa.”
Papa Flo       :   “Ayo masuk, anak-anak. Flo, kenapa kau menyebut mereka anak Papua? Kau juga kan anak Papua.”
Flo                  :   “Biarin! Biar singkat aja!”
Papa Flo       :   “Main yang baik ya, anak-anak.”
Murid            :   “Baik, bapaak!”
Noni              :   (Menunjuk ke TV) “Harun lihat, itu yang namanya TV!”
Harun            :   “Kotak? Hitam? Itu tifi, Noni?”
Ikal                 :   “Iya, Harun. Itu TV. TE-VE.”
Harun            :   “Te-ve. Harun mau masuk te-ve.”
Mahar           :   “Kalau kau mau masuk tevemu itu, kau harus punya suara bagus sepertiku!”
Harun            :   “seperti Mahar? Harun mau.”
Noni              :   “Jangan menggoda Harun, Mahar!”
Flo                  :   “Kawan-kawan, ini minum buat kalian.”
Harun            :   “Harun mau minum, Noni.”
Ikal                 :   “Ayo Flo, kita tak sabar main game!”
Noni              :   “Sabarlah sedikit, Kal.”
(Flo menyalakan tv)
Lintang         :   “Tunggu sebentar! Ada berita DPR!” (semua anak kebingungan)
Noni              :   “Apa itu DPR, Lintang?”
Lintang         :   “Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka itu wakil rakyat. Kalau rakyat punya pendapat, DPR lah yang menampung pendapat rakyat dan disampaikan kepada bapak presiden.”
Noni              :   “Waaaah DPR hebat ya, Tang?”
Mahar           :   “TANG? Kau pikir dia temannya palu!”
Noni              :   “iih apaansi.”
Lintang         :   “Tidak juga. Akhir-akhir ini DPR sering membuat rakyat kesal.”
Murid            :   “KENAPAAA?”
Lintang         :   “Akan dibangun gedung baru bagi DPR. Tak hanya itu, anggota DPR akan pelesir ke berbagai negara di Eropa dengan biaya yg fantastis.”
Noni              :   “Pesisir? Rumahmu?”
Lintang         :   “Pelesir, Noni. Jalan-jalan.”
Ikal                 :   “Aku gangerti kau ngomong apa, Lin.”
Lintang         :   “Begini, kau tau sekolah kita mau ambruk?”
Noni              :   “Tembok reyot”
Flo                  :   “Ga ada bangku”
Mahar           :   “Langit-langit bocor”
Harun            :   “Ga ada game”
Lintang         :   “Sedih tidak?” (semua mengangguk) “Sedangkan gedung DPR itu masih bagus! Tapi akan dibangun gedung baru dengan dana yang…”
Noni              :   “Berjuta-juta?”
Lintang         :   “Trilyun, Noni. Trilyun! Lebih baik biayanya buat sekolah kita kan?”
Ikal                 :   “OOOOH YAYAYAYA KAU BENAR, LINTANG!”
(OST: Avril-Alice) Mereka pun sibuk membicarakan DPR yang merupakan hal baru bagi mereka. Ikal dan kawan-kawan terhipnotis dengan cerita dan ilmu yang diberikan oleh Lintang. Kata “DPR” pun seketika menjadi trend di antara mereka. Melebihi trendnya sang Briptu dari Gorontalo.
Noni              :   “Aku baru tau tentang DPR. Di rumah, Mama hanya bicarakan Briptu Norman.”
Ikal                 :   “Aku malah tidak tau apa-apa.”
Mahar           :   “Kau tidak tau Briptu Norman? Mau aku peragakan tidak?”
Ikal                 :   “Terserah kau, Har! Hei Lintang, kau di rumah punya TV juga?”
Lintang         :   “Emm.. tidak.”
Flo                  :   “Ko bisa tau tentang DPR?”
Lintang         :   “Waktu itu Ayah beli gorengan untuk makan kami, di bungkus korannya ada berita tentang DPR. Ayah lalu ceritakan tentang DPR padaku.”
Ikal                 :   “Kau hebat, Lin. Kau kelak pasti kan sukses”
Harun            :   “Tapi sekolah mau ambruk.”
Noni              :   “Tenang, Haruuun.”
Mahar           :   “Pusing aku! AYO MAIN GAME!”
Setelah puas memperbincangkan tentang DPR dan mulai merasa penat, Flo pun menyalakan Playstation terbarunya. Anak-anak kini menikmati  game khas anak kota yg tak pernah mereka sentuh bahkan dalam mimpi sekalipun.
Tak terasa, hari mulai beranjak sore. Game memang bisa membuat siapapun lupa waktu ya.
Ikal                 :   “Ah aku lupa!”
Murid            :   (semua menoleh ke Ikal) “Lupa apa?”
Ikal                 :   “Bu Mus. Kapur. Aku harus segera ke toko. Aku pamit duluan yaaaa.”
Lintang         :   “Aku juga. Aku temani Ikal ke toko ya.”
Murid            :   “Hati-hati, kawaan!”
Flo                  :   “Mari aku temani ke Papa untuk pamit.”
Ikal                 :   “Bapak, kami pamit.”
Papa Flo       :   “Baiklah. Kau tidak mengantar mereka barang ke depan, Flo?”
Lintang         :   “Tidak perlu, Bapak. Flo masih harus temani kawan-kawan main game.”
Ayah              :   “Ohh iya iya. Lain hari mampir lagi kemari ya. Senang-senang di sini.”
Ikal&Lintang:  “Terima kasih, Bapak. Terima kasih, Flo. Kami pamit.”
Papa Flo       :   “Ya, hati-hati, Nak! (Tersenyum, bicara dengan nada misterius) Oiya, tak semua DPR jahat, Nak.” (Ikal dan Lintang hanya kebingungan dan kemudian beranjak pergi)
Flo                  :   “Papa tersinggung dengan cerita Lintang?”
Papa Flo       :   “Tidak, Papa setuju. Tapi diantara yang hitam masih ada setitik putih, Flo.”
Flo                  :   “Gangerti ah! Aku main game lagi ya, Pa!”
Sementara itu, di perjalanan menuju toko, Ikal dan Lintang terus berbincang-bincang. Ikal semakin kagum pada teman barunya itu. Kehidupan Lintang yang serba terbatas dan tidak bisa dibilang membahagiakan justru membuat Lintang semakin dewasa di usianya yang masiiih sangaaaat mudaa.
Hingga akhirnya mereka tiba di toko china penjual segala barang….
Koh Apuh    :   “Kau kemari nak ambil kapur?” (Ikal dan Lintang mengangguk) “Ambil ke belakang seperti biasa! Seperti biasa pula sekolahmu belum membayar!”
Ikal                 :   “Kata Pak Darwis nanti dibayar sekaligus.”
Koh Apuh    :   “Iya tak apa. Belajarlah yang rajin! Sukseskan sekolah kalian itu!”
(Ikal ke belakang ambil kapur)
Koh Apuh    :   “Aku baru liat kau. Orang baru? Saudara Ikal?”
Lintang         :   “Bukan, bapak. Aku orang baru.”
Koh Apuh    :   “Ooooh. Jadilah anak yang pintar! Tularkan pada temanmu, si Ikal itu! Aku tidak mau anakku dengannya kalau dia tidak pandai.”
Lintang         :   “Maksudnya, Bapak?”
Koh Apuh    :   “Temanmu itu naksir anakku, si Ling Ling. Paham?”
Lintang         :   (tertawa kecil) “Ohaha paham, bapak.”
(Ikal datang sambil bengong dan muka berbinar)
Koh Apuh    :   “Tuh lihat! Mukanya seperti orang mabuk. Padahal berapa pula usia dia. Belia!”
Lintang         :   (Menggamit lengan Ikal dan menariknya) “Kami permisi, Bapak. Terima kasih.”
Koh Apuh    :   “Yayaya! Kalau temanmu itu sudah sadar, sampaikan padanya, mulai bulan depan Ling Ling akan kusekolahkan ke Paris!”
Lintang         :   (Berhenti melangkah) “Ling Ling akan pindah, Bapak?”
Koh Apuh    :   “Tepat!”
Lintang pun pulang dengan menyeret Ikal. Saking “mabuknya” karena terpesona akan Ling-Ling, Ikal bak orang gila yang baru saja diberi narkoba (OST: kei$ha-your love is my drug). Lintang tidak bisa membayangkan jika Ikal tahu mengenai kepergian Ling Ling.
***
Sepertinya Ikal benar-benar mabuk cinta. Semalaman ia memikirkan Ling Ling. Makan tak sedap, belajar apalagi.
(Ikal bengong di dalam kelas)
Bu Mus         :   “Ikal? Kau dengar ibu tidak?” (semua murid menoleh ke Ikal)
Lintang         :   “Kal, kal! Dipanggil Bu Mus!”
Ikal                 :   (tersentak) “Iya, Bu? Aku mau ambil kapur lagi!”
Bu Mus         :   “Bukan kapur! Di mana ibukota Perancis?”
Lintang         :   “Paris, Kal. Jawablah Paris.”
Ikal                 :   “OH. Paris, Ibu.”
Bu Mus         :   “Iya anak-anak, tepat. Paris adalah ibukota Perancis. Di sana terdapat menara indah bernama Eiffel bla…bla…bla… (Bu Mus tetap bercerita tentang Paris)
(Sementara itu di bangku Ikal dan Lintang, Lintang membisiki Ikal)
Lintang         :   “Di Paris pula lah Ling Ling akan bersekolah. Ia akan pindah bulan depan, Kal.”
Ikal                 :   (KAGET. HEBOH. SHOCK. BERDIRI) “APA? TIDAAAKK!! IBU! AKU MAU KE PARIS! TIDAK! AKU HARUS KE PARIS, IBU!! SIAPA KATA ITU, LIN?
Lintang         :   “Koh Apuh. Ayahnya yang beritahu aku kemarin.”
Mahar           :   (berkata dengan dingin) “Paris tu kota cinta. Semua orang pun mau ke sana, kawan.”
Bu Mus         :   “Ada apa lagi, Ikal? Lintang?” (Ikal terduduk lemas) “Anak-anak, istirahatlah kalian di luar. Sepertinya Ikal sakit.”
(Harun Noni Flo Lintang Mahar keluar. Sebelum Lintang keluar, Ia membisiki Bu Mus tentang kepergian Ling Ling. Bu Mus pun mengerti)
Bu Mus         :   “Kau suka gadis itu?” (Ikal mengangguk)
Bu Mus         :   “Dia tahu kau suka padanya?” (Ikal angkat bahu)
Bu Mus         :   “Ibu bingung, Kal. Ibu keluar dulu, Ibu ingin kau tenang.”
(Bu Mus keluar. Ikal di dalam merenung sendirian. OST: Vierra-Takut)
Mahar           :   (Menghampiri Ikal) “Hai kawan! Ada apa dengan kau ini?”
Ikal                 :   “Apa yang kau tau?”
Mahar           :   “Tau apa?”
Ikal                 :   “Cantiknya Ling Ling. Tapi dia pergi.”
Mahar           :   “Siapa pula Ling Ling? (Ikal tidak menjawab) ooooh jatuh cinta kau, kawan? Dunia bagai sepotong kertas kosong kalau tak dihiasi CINTA! CINTA! Pujangga-pujangga pun takkan jadi indah bila tak mengenal CINTA! CINTA!”
(Nyanyi Bunga Seroja)
Mahar           :   “Jangan bermuram durja, kawan! Kau menangis pun jarak ke Paris tetap lah jauh.”
Ikal                 :   “Aku mau ke sana. Menyusul Ling Ling.”
Mahar           :   “YA! BERMIMPI LAH! Bermimpilah kau akan bertemu dengannya! Tanpa mimpi dan harapan, orang seperti kita ni akan mati, Kal!”
Ikal                 :   “Aku tidak mau mati!”
Mahar           :   “Kalau begitu jangan bersedih! Tersenyumlah! Bermimpilah! LingLing impianmu!”
Ikal                 :   (tersenyum) “Terima kasih, kawan.”
Mahar           :   (merangkul, menepuk punggung Ikal) “Tenanglah, kawan. Tidak salah kita sakit karena cinta.”
Ikal                 :   “Lalu kau sakit karena Flo tidak?” (Mahar mukul Ikal lagi)
Berkat teman-teman yang senantiasa menemani dan menghibur, Ikal tidak lagi merasa sedih. Toh ini masih cinta monyet, tapi Ikal tetap memiliki impian untuk pergi ke Paris dan bertemu dengan Ling Ling. (OST: Vierra-Terbang)
Hingga suatu hari di rumah Ikal...
(Ikal mengambil sepucuk surat dan membacanya)
Ikal                 :   “Dari Ling Ling???” (baca surat. Endingnya: tolong keluar rumah sekarang)
Ketika Ikal keluar rumah, tak disangka-sangka, Mahar dan kawan-kawan sudah berada di teras. Tak hanya itu, gadis china berparas manis pun ada di sana. Ya, dia lah Ling Ling.
Murid            :   “CIYEEEEEE”
Ikal                 :   “Kenapa kalian ada di sini? Kenapa ada Ling Ling?”
Flo                  :   “Ternyata Papa kenal dengan Koh Apuh, Kal! Makanya kami bawa Ling Ling kesini sebelum dia ke Paris.”
Ikal                 :   (tersipu malu) “Hai Ling Ling. Aku Ikal.”
Ling Ling       :   “Iya Ikal aku sudah tau namamu. Flo banyak cerita tentangmu padaku.”
Noni              :   “Kayanya kita harus pergi nih.”
Harun            :   “Harun mau disini, Noni.”
Noni              :   (Menarik Harun) “Ayo Haruuun, kita makan eskrim di sana.”
Harun            :   “Harun mau eskrim.”
Ling Ling       :   “Emm, ini untukmu, Kal.”
Ikal                 :   “Apa ini?”
Ling Ling       :   “Itu cerita cerita rakyat China yang aku suka. Siapa tau kamu akan suka juga. Di situ juga ada alamatku di Paris nanti. Aku akan tinggal dengan Nci Mei, tanteku. Kau boleh kirimi aku surat.”
Ikal                 :   “Yang benar?”
Ling Ling       :   “Tentu saja (tersenyum)
Cukup lama Ikal berbincang dengan Ling Ling. Mereka berjanji untuk terus berteman walau Ling Ling akan pindah.
Ling Ling       :   “Emm.. sepertinya aku harus pamit, Kal.
Ikal                 :   “Iya. Hati-hati ya.”
Ling Ling       :   “Kirimi aku surat sesekali. Pasti kubalas.”
Ling Ling pun beranjak pergi. Ikal merasa sangat senang bisa berkesempatan melihat Ling Ling dan banyak bercerita padanya. Tapi Ikal tetap sedih akan kepergian Ling Ling ke Paris (OST Vierra-Seandainya)
(Ikal menghampiri teman-temannya di dalam rumah)
Mahar           :   “Pasti si Ikal tidak bisa lebih senang dari saat ini! Ini mungkin hari terbaiknya! Cintaaa oh cintaaa!” (Ikal cecengiran, tersipu malu dan berterima kasih dengan suara pelan)
Flo                  :   “Tidak juga ah. Aku masih punya kejutan.”
Harun            :   “Harun mau kejutan.”
Flo                  :   “IYAAA. Kejutannya buat kalian semua!”
(Papa Flo, Bu Mus dan Pak Darwis tiba-tiba datang)
Pak Darwis  :   “Hai Anak-anak, kalian harus berterima kasih pada Papa Flo!”
Bu Mus         :   “Lintang, tak perlu kau duduk berbagi dengan Ikal lagi.”
Lintang         :   “Yang benar, Ibu?”
Papa Flo       :   “Saya sudah minta bantuan pada teman saya yang anggota DPR, tuk bantu dana bagi kalian dan sekolah kalian.”
Noni              :   “WAAAAH. DPR lagi baik, Lintang!” (menyikut lengan Lintang)
Papa Flo       :   Di antara yang hitam masih ada setitik putih, Nak. Walau hanya setitik tapi tetap berarti.”
Bu Mus         :   “Ayo ucap terima kasih”
Murid            :   “Terima kasih bapaaaak!”
Sejak hari itu, anak-anak pedalaman Papua tidak lagi belajar dalam keterbatasan. Setidaknya keadaan sekolah mereka sudah membaik. Proses belajar dan mengajar pun semakin terbantu. Pertemanan mereka pun semakin terjalin erat.
THE END

Iya, saya buat naskah ini menyadur dari film laskar pelangi.hehe
                     Gatau kenapa saya suka banget naskah buatan saya yang satu ini. Ya emang bagus dari asalnya (re: laskar pelangi) sih. Saya bikin naskah ini buat lomba mini drama yang diadain di sekolah saya.
Minidrama yang diikuti oleh peserta dari gabungan 2 kelas (kelas cewe dan kelas cowo)
Saya dari XI IPA 3, sekelompok sama kelas XI IPS 2. susah banget ajak kerjasama anak cowo yang bandel bandel itu. Bilangnya mereka yang mau bikin properti, tapi sampai malam sebelum tampil, properti masih ga ada kabar. akhirnya properti yang digunakan seadanya aja dari sekolah. satu-satunya properti yang dibuat khusus adalah radio yang biasa dibawa Mahar. Radionya saya juga yang bikin. hadeeeeh.
Walaupun ngeselin gapernah mau diajak latian, tapi saya seneng banget kerjasama kalian waktu itu :)

SEMOGA BERGUNA (y)

Minggu, 26 Juni 2011

PANDUAN MENAMPILKAN SUBTITLE pada FILM

bismillahirrahmanirrahim
assalamu'alaikum
saya mau ngepost yang sedikit berguna ah :P haha
sekarang kan lagi liburan yep a looooong holiday, gue punya 2 celengan tapi ga ada 1 pun dari celengan itu yang berisikan uang. ada sih 1 celengan, isinya 5 koin 100 rupiah.
ga ada modal liburan sekali, jadi alternatifnya adalaaaaaaah:
DOWNLOAD FILM SEBANYAK BANYAKNYA!!!! 
ada yang bernasib seperti saya??
tapi saya mendapat kendala, subtitle film nya mayoritas ga ada -____-
tapi tapi tapi tenang! i've found the way!
check this one out!

  1. Download subtitle film tersebut 
  2.  Save file subtitle di folder di mana film ditempatkan
  3. Lalu pilih file subtitle tersebut seperti ini: 

     4. Setelah di klik 2x, akan muncul
      5. Setelah di klik 2x, file subtitle akan muncul dan anda harus meng-ekstraknya. Lihat gambar di bawah ini:

            6. Setelah anda memilih “Extract To”, akan muncul kotak dialog seperti ini:
       Isilah kotak dialog “Destination path” dengan folder di mana film di tempatkan. Lihat contoh di atas. Lalu Klik “OK
        Maka akan muncul file baru
    
      klik kanan pada file baru tersebut lalu pilih “Rename
Ubahlah nama file baru tersebut sesuai nama film
Misalkan filmnya berjudul Step Up 3.mkv, maka subtitlenya = Step Up 3.srt       
      Kemudian mainin filmnya. subtitle otomatis akan keluar.
      Gak percaya? Ini LIHAT! 

I AM A BFAB YEAH YEAH YEAH this is the coolest dancing movie!!
       Muncul kan subtitle nya? hahaha


SELAMAT MENCOBA! SELAMAT BERLIBUR!!!

NB: kata adik saya, ada cara yg lebih simple. 
tapi saya gatau. ini yg saya tau. hasil otak atik saya

Selasa, 14 Juni 2011

BIG PROJECT!!

helll----ooo
yeahs, hell! my previous days seem like a hell ―however, i don't even know how hell likes,yet naudzubillah
beberapa minggu kemaren gue emang sibuk bangeeeeet. I SWEAR! makanya gapernah posting hehe.

akhir april gue disibukkan oleh tugas drama bahasa indonesia.
awal mei sampe pertengahan mei gue dipercaya buat nge-handle acara drama yg dipentaskan di momen pelepasan siswa/i kelas 12 atau hari perpisahan.
akhir mei, gue berusaha buat ngejar ketertinggalan materi karena keseringan dispen ngurusin drama perpisahan.
akhirnya pada awal juni, saya menunaikan ULANGAN AKHIR SEMESTER.

YES YES YES saya di penghujung semester 4 sekarang!
itu artinya, 2 semester lagi yg harus saya lalui sebelum akhirnya saya memasuki gerbang STAN untuk study di sana. amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn :D
oiya, nanti saya post deh naskah drama buatan saya hahaha

naaaaaaaah, ulangan udah beres dan sejauh ini belum dapat kabar dari si remedial haha asyiiik. jadii jadii jadii I'M FREEE. I'M FREEEE. I'M FREEE LIKE A BIRD *back-sound: i want to discover myself to be all i can be*
tidak, saya tidak boleh terlalu free. why? because I'm getting selow mellow when i do nothing. I will remind my past, my beauty past then i cry suddenly. OH NOOOOOOOOOO!!! hidup gue terlalu indah untuk ditangisi, meeeeen!!!
mulailah saya menyibukkan diri dengan mengurus serba-serbi class meeting. YOOO!! XI IPA 3 WILL DO OUR BEST!!! i wish *menghela napas*
lalu lalu saya akan menuntaskan sebuah misi. misi besar. misi rahasia. misi pak mau lewat.
A BIG PROJECT! what kind of fabulous project will I do???
TARRRRAAAAAAAAAAA:
WRITING A NOVEL! 
 *block that words please*
HAUAHAHAAHAHAHAUAHAHAHA 
bukan sembarang novel
novel ini akan dicetak 2 buku saja.
hanya ada 2 novel ini di dunia

OKE THAT'S IT!
gue gapunya banyak waktu buat nyelesein novel ini. semoga proyek ini berjalan lancaaaarrr.
hambatan dan segala aral melintang yang harus kuhadapi justru menambah taste dari novel ini, tapi semoga novel ―yang masih dirahasaiakan judulnya ini bisa selesai dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno-Hatta