Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 Maret 2014

Jatuh Cinta Lagi

Perasaan ini muncul pada April 2010. Ketika aku masih berseragam putih abu.
Perjalanan melelahkan bolak balik Bogor-Jakarta kota masing-masing 2 jam nyatanya membuatku jatuh hati. Meski buruk kesan pertama yang kudapati.

4 tahun kemudian, saat ini, aku kembali.

Duduk menunggu giliran perjalanan dengan hanya sepi menemani. Berlalu lalang orang di sekitar, maklum, jam pulang kerja. Begitu setiap hari. Arus Jakarta Bogor padat di petang hingga malam hari. Seperti saat ini.
Aku termasuk satu di antara ribuan pejuang ibu kota ini. Sempat kuhitung selama menunggu, sudah ada sekitar 7 rangkaian kereta melintas di jalur 2 Stasiun Tebet dalam 30 menit ku menunggu. 1 rangkaian terdiri dari 8 gerbong kereta. Tiap gerbong mampu menampung .... penumpang tanpa space. Then, there are should be ... passangers in 30 minutes. Yeah I'm a math geek.

Petang hari, stasiun pasti dipenuhi orang orang yg hendak pulang sudahi jerih payahnya menguras keringat sepanjang hari. Semua orang, terburu buru menuju peron 1 demi mengejar kereta tumpangannya agar segera tiba di rumah. Semua orang berebut masuk gerbong tiap kali ada rangkaian kereta datang. Ini yg seringkali membuat saya malas pulang ke Bogor di malam hari: bersaing dengan para pejuang ibu kota. Tapi sesuatu mengharuskan saya tiba di Bogor sebelum hari berganti. Alhasil, saya rela menunggu bermenit menit dengan harapan bisa menumpang di gerbong kereta yg relatif sepi.

Petang hari, peron 1 stasiun Tebet (stasiun pemberhentian manapun sepanjang rute menuju Bogor) pasti dipenuhi penumpang. Sementara peron 2 , tempat para penumpang menunggu kereta Bogor-Jakarta relatif sepi. Karena ya itu tadi, kebanyakan penumpang adalah perantau ibu kota yg berasal dari daerah penyangga seperti Bogor dan Depok.

Petang hari, dalam 2 tahun terakhir ini, saya termasuk penumpang yang selalu menunggu rangkaian kereta di peron 1 itu tadi. Biasanya saya menunggu sampai 3 rangkaian kereta. Rangkaian pertama, penuh. Rangkaian kedua, penuh bingiit. Rangkaian ketiga, ya lumayan, bisa berdiri.

Pengalaman 2 tahun saya kira cukup utk memahami riuh pikuk moda transportasi masal yang satu ini. Tapi seperti sebuah pepatah, "Semakin banyak tahu semakin banyak tidak tahu". Malam ini saya ditunjuki sesuatu. Sebuah fenomena yg membuat saya semakin jatuh hati.

Setelah hampir 1 jam menunggu dan melihat orang orang selalu menuju peron satu, saya dibuat bingung oleh penampakan ratusan orang yg berebut menuju peron 2 sambil berkata, "Balik itu balik." penumpang yg baru memasuki stasiun ataupun penumpang yang sudah menunggu di peron 1, mayoritas menuju peron 2. Saya bingung. Tapi saya stay cool.

"Hati hati di jalur 1 akan segera masuk commuterline tujuan akhir Stasiun Manggarai yang akan kembali menjadi Rangkaian Bogor."
"Sekali lagi, kepada para penumpang, hati-hati di jalur 1 akan segera masuk commuterline tujuan akhir Stasiun Manggarai yang akan kembali menjadi Rangkaian Bogor."

setelah pengumuman itu, semakin banyak penumpang menuju peron 1. Saya mikir. Tapi tetep stay cool.
Ketika commuterline yg dimaksud memasuki jalur 1 Stasiun Tebet, saya sadar. Saya ini amatir ternyata. Ngakunya anker (anak kereta) tapi gatau apa-apa. 2 tahun bergelut dgn kereta, ternyata belum cukup tuk bs pahami transportasi massal yg keren ini.

Jadi, kalo mau ke Bogor dari Tebet harusnya kan penumpang nunggu di peron 2 krn rute di jalur 2 itu Stasiun Tebet-Cawang-Kalibata-.....-Bogor. Sementara utk rute di jalur 1, setelah Stasiun Tebet itu Stasiun Manggarai-Cikini-...-Jakarta. Nah, utk si commuterline yg 'balik' ini, dia khusus sampe Manggarai aja. Kemudian rangkaian kereta akan langsung 'mundur' kembali menuju Bogor. Kereta di jalur 1 kan sepi banget. Leluasa bgt kalo mau duduk. Alhasil, penumpang tujuan Bogor lari ngejar kereta itu ke peron 1 biar bs duduk. Gapapa ke Manggarai dulu, toh nanti langsung balik lagi jadi arah Bogor.



Benar saja, ratusan orang yang tadi berpindah peron itu akhirnya berhasil duduk nyaman di rangkaian kereta yg baru tiba di jalur 1. Sementara saya masih anteng nunggu kereta Bogor di Jalur 2.

Yaudah gapapa, mungkin malam ini akan seperti 4 tahun silam. Seperti saat pertama kali menumpangi commuterline Jakarta-Bogor di petang hari April 2010 (saat itu namanya masih KRL Ekonomi AC). Berdiri berdesakkan bahkan membuat diri tetap di tempat meski kaki melayang. Serius, kaki saya sempat tidak menapak ke lantai kereta saking padatnya. Tapi nyatanya perjalanan melelahkan itu membuat saya jatuh hati pada KRL.

Ah, menunggu hampir sejam ini membuat saya kembali dan semakin jatuh cinta pada KRL.

Tebet, 7 Maret 2014
Anak kereta amatiran

Ps.: cobalah naik kereta Bogor-Jakarta di senin pagi atau kereta Jakarta-Bogor di jumat petang. Rasakan sensasinya.

Kamis, 06 Maret 2014

Rekaman Lama

Listrik mengalir dari power supply tepat ketika aku menekan tombol Power On. Tak lama layar hitam berganti biru khas Microsoft. Windows nya masih type lama, XP, versi tua setua perangkat yang ada di hadapanku kini. PC yg kugunakan sejak SMP, yang tiap ku acak acak isinya selalu menguarkan memori memori lama yg membuatku mabuk dalam nostalgia.
Seperti saat ini....

Terputar sebuah video format 3gp yang pasti akan menuai ledekan mengingat dewasa ini flv sudah dimana mana bahkan telah dianggap jadul, kalah oleh ekstensi lain yg lebih canggih. Kembali ke video. Layar PC ku menampilkan kumpulan gambar yg bergantian muncul. Video dengan tampilan slide foto rupanya. Foto-fotonya pun ditampilkan dalam ukuran piksel yg sangat kecil. Membuat buram dan tak jelas gambarnya. Belum lagi gambar yg ditampilkan membuatmu harus menekuk leher 90 derajat ke arah kiri krn video nya miring. Tapi aku ingat jelas itu gambar apa.

Gambaran tangan seseorang....
tentang kumpulan anak di suatu kelas...
tersusun rapi di bangku masing-masing.
2 orang tiap bangku.
Itu gambar susunan kelasku dulu.

Berganti..
Gambarnya berganti.
Foto jam dinding di atas tembok bercat kuning.
Itu benda keramat di kelas yang selalu dilirik anak-anak ketika sudah bosan belajar. Menunggu penuh harap detiknya menunjuk jam istirahat.

Lagi, gambarnya berubah..
Sekumpulan anak berjaket hitam dgn bawahan biru seragam mengelilingi gurunya yg berpakaian dinas warna coklat khas pegawai negeri. Semuanya melambai ke arah kamera. Mulut mereka semua terbuka, meneriakkan sesuatu yg kuingat: Networks!!
Foto diambil di Ciawi. Bulan Mei 2009. Setelah makan-makan merayakan ulang tahun salah satu teman kami, Putra Adi Fajar.

Menunggu gambar selanjutnya, tapi ternyata dugaanku salah. Kali ini bukan foto, melainkan video. Gambar bergerak menampilkan suasana kelas dgn penghuninya berseragam batik kebanggaan. Sibuk berkelompok-kelompok dgn kegiatan masing-masing. Dengan suara perempuan sbg narator video, menyuarakan apa yg terjadi sesungguhnya disana.

"Haloo haloo. Ih divideoin yaaa"
"Mega mega lagi apaaa?"
"Haaaai"
"Nah ini lagi bikin TTS"
"Iiih gue gamau direkam"

Si perempuan yg merekam mendekati teman-temannya satu persatu. Mulai dari kelompok di paling belakang kelas, sedang menggambar-gambar entah apa. Di barisan paling kiri ada kelompok yg sedang membuat TTS tadi.
Lalu kamera di zoom, membidik kelompok di bangku terdepan barisan kanan. Si perempuan tak berani mendekat, hanya mampu menatap layar hp nya malu-malu sambil terus menekan tombol zoom.
Ada alasan ia tak melangkah kesana.

Dan aku tau jelas apa alasannya.

Video ditutup dengan rangkaian kata.

"This friend familyship of 9B is never made to die. love you"