Total Tayangan Halaman

Sabtu, 31 Maret 2012

Dentophobia

Dulu, dulu sekali

Gadis kecil berbalut gaun tidur pink itu akhirnya menyerah. Dengan takut dan enggan, ia memasuki ruangan putih berukuran 3x3 meter persegi. Di sebelah kiri pintu masuk, wanita berambut sebahu berpakaian serba putih mengajaknya untuk duduk. Gadis kecil itu kembali meronta.
Kedua adiknya yang hanya berbeda usia 1 dan 3 tahun darinya mencibir. Payah, cemooh mereka. Ibunya masih dengan sabar merayu si gadis, "Ayo cabut giginya. Nanti abis dari sini ibu beliin teteh eskrim." Rayuan yang seharusnya bisa meluluhkan hatinya, nyatanya tak mempan.
Terpaksa sang Ayah bertindak. Digotonglah Ia ke bangku pemeriksaan di sebelah dokter Anna, wanita berambut sebahu tadi.

"Ayo, Fia, ga sakit ko. Kan dikasih es. Jadi ga kerasa apa-apa." - Dokter Anna, +- 30thn

"Payah nih si teteh mah, gitu doang nangis. Afi aja berani. Ga sakit tau. Dingin." - Afi, 3tahun, bocah jagoan.

Berteriaklah gadis kecil itu saat sang Dokter dengan mulusnya memainkan segala jenis senjata untuk menanggalkan gigi susu yang sudah waktunya terlepas dari tempat semula ia bertengger.

 ***

26 Maret 2012
Hari itu poliklinik Kantor Kehutanan cukup ramai. Mayoritas bertandang ke poligigi, lainnya bermaksud ke dokter Umum.
Poligigi, list antriannya kebanyakan anak-anak berusia 4-10 tahun. Hanya seorang gadis remaja berbalut shirt ungu yang ikut mengantri bersama ibunya.

"Boseeeeen. Nunggunya kelamaan. Kalo teteh masih usia balita, teteh udah guling-guling di lantai daritadi. Kalo sekarang teteh guling-guling, ntar dikira gila." keluh gadis itu.
Tak lama, tibalah gilirannya. Sebenarnya hatinya cenat-cenut untuk memasuki ruangan poligigi.
Tapi sepertinya ia malu dengan umur, jadi ia sembunyikan rasa takutnya dan melenggang masuk kemudian dengan percaya diri duduk di kursi pemeriksaan. 

Dokter Anna yang kini sudah berjilbab menghampirinya.
"Ini si teteh, Bu? yang dulu jerit-jerit? Udah gede ya. Berapa umurnya sekarang?"

"Iya dong. Baru kemaren 18tahun. Kado, Dok!"

"Waaah udah gede. Afi gimana kabarnya ya. Iya ini kadonya, diperiksain giginya."

Segera saja Dokter Anna mengambil berbagai macam senjata andalannya saat aku membuka mulut. Dan kemudian aku mulai meronta. Berontak. Bertanya macam-macam, apa yang akan dilakukan Dokter Anna pada mulut dan gigiku???

____________________________________________________


Kini
iyaaaaa. itu si tokoh utamanya tuh : "Aku".
Itu kisah nyata gue.

Gue takut banget ke dokter gigi. Malah kayanya ga cuma dokter gigi aja. Gue takut semua dokter. Gue takut pemeriksaan kesehatan. Gue takut disuntik. Gue takut rumah sakit. Gue takut senjata-senjata dokter itu menyentuh tubuh gueeee. Tidaaaaaaaaaak!!! #inilebay #tapibeneran

Oiya, satu lagi. Gue meronta dan banyak bertanya-tanya (alias banyak protes) tuh semata-mata karena sedang melakukan prosedur proteksi diri.
Siapa tau Dokter Anna asal gunain ke gigi padahal weaponnya salah.
Maksud hati ingin mencabut gigiku, apa daya malah ini yg beliau ambil:



Makanya gue selalu bertanya (dengan nada histeris dan terkesan interogating) "Itu apa??? Buat apa??"
Untungnya Dokter Anna udah hapal watak gue, jadi beliau dengan ramah dan sabarnya menghadapi cercaan bernada tanya gue itu, "ini Bor. Tuh nyemprot air kan. Buat nambal gigi kamu!"

Jadi, daripada dibilang penakut, biar lebih keren, mari kita sebut perilaku gue ini sebagai gejala dari sesuatu bertitel Dentophobia.
*mengalun Avril Lavigne-Keep Holding On dari kejauhan*

PS.:
buat Tegar, lelaki-kecil-berusia-6-tahun-yang-saat-itu-dicabut-giginya-di-sebelahku-dan-kemudian-memamerkan-kapas-yang-bertengger-anggun-di-mulutnya-kepadaku, semoga cepet tumbuh giginya! Biar kamu ga diledekin "OMPONG" sama teman-temanmu!
Kakak baik kan? Walaupun kamu sudah ngetawain kakak, kakak mendoakan yg baik-baik aja buat kamu, Ompong :))

salam dento,
SM :)

Minggu, 25 Maret 2012

Jakarta (memang) Kejam

Assalamualaikum!
selamat tahun baru, Shafiraaa hehe :) alhamdulillah ketemu tanggal 24 Maret lagi. Di tahun ini, 24 Maret nya luar biasa mengejutkan. Ada sesuatu yg (menurut gue) aneh, spesial, pireuwaseun hadir di 24 Maret ini. Sesuatu yg mengagetkan dan padahal gue jg ga nunggu sesuatu ini terjadi. BUM! sesuatu ini terjadi begitu saja.
Tapi ga akan dibahas di sini secara rinci ya hehe.

selain 24 Maret yg mengejutkan, di keesokan harinya juga muncul tragedi-tragedi yang sayang untuk dilewatkan tidak dibahas. Apa sap apa? Lots!
Pagi-pagi, setelah selesai solat subuh, gue dianter ibu bapak apul ke sempur. Ngapain? Dagang, insya ALLAH buat acara baksos tanggal 1 April nanti aamiin.
alhamdulillah berhasil buka lapak, dikerubungi pengunjung, tawar-menawar, tercipta kesepakatan dan transaksi hehehe :)) kurang lebih seperti itu lah. kebayang kan? semoga kebayang.

Gue ga bisa lama-lama ikut dagangnya. Jam setengah 8 gue langsung cabut ke stasiun.
Ngapain lagi, Sap? Mau ke Jakarta.
Ngapain ke Jakarta? Ke Asemka.
Emang ada apa di Asemka? -________-
Jadi gini... Gue, Nissa, Firna, dan Feby (a.k.a Nene) akan melancong ke ibukota negara tercinta. Kami mau beli peralatan tulis dll yang insya ALLAH akan disumbangkan ke panti asuhan di acara baksos tanggal 1 April nanti. Got it??
Alhamdulillah kalo ngerti, kalo ngga juga gapapa haha.


di kereta...
Nene dan Firna. Nene masih ngantuk. Mengumpulkan tenaga buat merantau di Jakarta.


bangun-bangun langsung sadar kamera -_________-

Tibalah kami di Stasiun Kota...
Kopi mana kopi???? Ke indomaret yg di stasiun, beli kopi. Gayaaaaaaaa B))

Jalan sebentar dari stasiun dan tibalah kami di Asemka.
Cari barang. Ketemu tokonya. Tawar Menawar. Tercipta Kesepakatan. Transaksi :)) kurang lebih seperti itu lah. kebayang kan? semoga kebayang.
Setelah kurang lebih 3 jam menjelajahi lautan manusia, lapak dan barang dagangan, menerjang terik matahari, bau tengik sungai dan peluh yang bercucuran, komplitlah semua barang yang dibutuhkan. Alhamdu?lillah.

Di sinilah kisah bermula...
Kami ber-empat kan cewe ya. Belanjaan tuh BUANYAAAAKKK!
Ada 7 gendolan dan itu tuh GA KECIL bin GA RINGAN alias BEURAAAADH.
alhamdulillah kami bisa strong atau pura-pura strong, gaya banget bawa belanjaan segitu banyak tapi ga naik angkutan. Bener-bener jalan kaki. Setiap 3 langkah, berenti dulu. Atur posisi tangan biar PW dan biar barang bawaan ga beuraaadh.

Dari Asemka ke Stasiun Kota kami jalan kaki, saudara-saudaraaah.
Deket sih. Tapi ga kuat untuk ditempuh kalo sambil bawa gendolan segitu menakjubkan! Huh hah huh hah. Tapi tetap semangaaaat!!
Tiap sentimeter aspal kami terjang tanpa lelah (BOONG!)

Yang paling seru kalo udah nyebrang. Sekali lagi, The Power of Kepepet terbukti memang nyata adanya.
Gendolan yang tadinya beeeeuraaadh banget tiba-tiba menjadi cukup ringan sehingga memungkinkan kami berlari sekencang mungkin menerjang jalanan. Ya daripada ketabrak ganasnya lalu lintas Jakarta. Ya kan??
Tapi tiap tiba di sebrang jalan, langsung ngos-ngosan lagi ahahaha.
Lucunya, ada satu waktu saat kami menyebrang, sikat gigi belanjaan kami ngagorolong ke tengah jalan raya.
Melintaslah sebuah kendaraan pribadi dan sebuah Taxi. Kami serempak teriak. Ketawa. Heboh. Bingung.
Itu sikat gigi yang ngegorolong harus diapain??
Takut kelindes!!! Apes!! Tragis nanti suaranya kalo mereka kelindes. Yoeh, mereka. It shows Plural meaning. Sikat gigi yg ngegerolong-nya banyak hahahahaha :DD
gangerti ngagorolong???
artinya: menggelinding. Catatlah sebagai verb ter-anyar di kehidupan kalian, sayangku.
gangerti ter-anyar???
artinya: Newest, Recently. Nah ngerti? Dahsyaaaat. Sunda sudah terlindas zaman :((

alhamdulillah sudah tiba di stasiun kota. Berhasil menerjang badai dan panas. Saling bahu membahu~ #nyanyi

 Alhamdulillah kami dapet tempat duduuk di perjalanan pulang~ *dancing*

shafira dan syafrina. Tidak, Kami tidak kembar.


Nissa dan Nene. Pulang setelah merantau dan mendapat banyak barang. Sesuatu...


 
ini udah di angkot Bogor. Ternyata menuhin angkot ya -____-

Ya kira kira begitulah hahahaha :D
I just need to write about this!
see ya

Rabu, 21 Maret 2012

I'm happy for this thing :)

Alhamdulillah bisa menatap laman blogger[dot]com lagi setelah sibuk berjibaku dengan berlembar-lembar HVS berisikan materi ujian. Ujian tertulis dan ujian praktik yang cukup membunuhku perlahan, akhirnya berlaluuuuu.

Sedikit cerita aja, soalnya ini jg posting via hp, jadi gabakal puas mau cerita panjang lebar juga ehehe.
Cerita apa? Cerita, bahwa saya telah ikhlas alhamdulillah untuk tidak menggeluti fisika lebih lanjut.
Selama ini kan kalo ngelewatin jembatan, proyek jalan, atau bangunan tinggi, masih suka nangis. Kepikiran pengen bgt bergelut di bidang itu. Iya itu tuh. Teknik sipil...
Cita-citaku dari kelas 8 :)

Tapi kemarin, melalui petunjuk-Nya, gue diberi pencerahan bahwa you're totally not a laboratorium girl, sap!!
"Terjebak" berjam-jam di lab fisika dan tetep keukeuh pengen bikin jalan?? Lebih baik dipikir ulang!

Dibalik kesengsaraannya gue berjibaku dengan kereta dan rumus-rumus praktek itu, gue sangaaaaat bersyukur sama ALLAH. gue udah diberi petunjuk oleh-Nya. Alhamdulillah :))
Walaupun kemarin gue lah orang terakhir yg beres praktek,
Walopun tadi siang gue disamperin guru fisika buat ngulang praktek,
Walaupun malem ini gue kembali bermain-main angka mencoba rumus praktek,
GUE SENENG dan BERSYUKUR :))

Iya sih kemaren pas di lab sempet nangis. Sampe rumah jg nangis ehehe.
Tapi, dibalik kesulitan ada hikmah kan?
Hikmahnya...:
Gue mendapat jawaban atas postingan gue sebelumnya yg berjudul "am I happy for these two things?". Jawabannya adalah judul postingan ini, "I am happy for this thing :)"

Wish me luck.
ALLAH beside me :D

Penuh syukur,
@murnishafira

Senin, 12 Maret 2012

Bungkam

abis ngintip blog nya pocongg www.poconggg.com ah sudahlah, siapa yg tak tau blog dia. Eh, mungkin ada yg gatau. Yang gatau, sok atuh silakan di cek daripada bingung.
dia bilang gini:
"Mungkin ini pelajaran supaya lain kali nggak nunda-nunda buat nulis."
hhh yasud, pindah haluan. Ke laman blog sendiri, klik Entri Baru then here I am, willing to put something in. A poem.

Buat temen-temen sekelas gue. Khusunya yg sering gue bilang sebagai "Mereka". Maaf.
Tapi emang kita sepertinya berbeda ya? Maaf. Maaf.

BUNGKAM

Kurangkai klausa untuk kalian, kawan
Agar kau bersua
Tak hanya diam memandang
Kau berhak atas pendapat, kawan

Pernah kurasa duduk seperti itu termangu nan terbelenggu
Tak percaya?
Percayalah
Nasibku yang menuntunku bukakan kalian pintu
Kau masuk, itu inginku
Tapi kau tidak
Kenapa?

Kalian diam termangu seperti terbelenggu
Takutkah?
Pernah kududuk sepertimu
Takut memang
Butuh pintu dibukakan penuh tamah
Ku bergabung kemudian
Ah aku tau
Tamahku kalah selama ini
Aku kasar
  Kubuka pintumu dengan kasar
Tak heran kau enggan masuk

Tapi bergabunglah, kawan
Kau teman kami 'kan
Kita semua teman
Maafkan aku yang menjeblak pintu
Tak maksud
Sungguh :')

Bogor, 8 Maret 2012
11:46 pm, 
menjelang tidur bersama Idan