Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Februari 2011

angan anganku, dalam sebuah cerpen :)

landasan masalah: tugas bahasa indonesia akhir semester-cerpen

jadi gini, pas kelas 10 smstr 2 kan disuruh bikin 2 cerpen pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain.
tapi gue mah 2.2nya pengalaman pribadaaaai hahaha atuh ga ada ide. ya sudahlah nyanyi sama bondan.
  1. Rara Bukan Bintang Lapangan
  2. Hadiah Terindah
gue lebih suka cerpen gue yg ke.2. yg ke.1 mah gagal total asal abuy yang penting jadi.
yg ke.2 itu ttg pengalaman pribadi PLUS khayalan gueee hahaha asik deh pokonya yg namanya ber-imajinasi tuh,
ya namanya juga imajinasi, akhirnya tuh imajinasi kayanya cukup sampai dalam batas "angan-angan" belaka :)
cekidot!

HADIAH TERINDAH

Lelaki paruh baya itu duduk terenyak di sebuah kursi panjang tua di sudut ruangan kecil kesukaannya. Tidak ada satu pun hiasan di ruangan kecil itu kecuali sebuah foto berbalut pigura coklat yang bertengger manis di atas meja kecil di sebelah si lelaki duduk. Terdapat untaian kata-kata di bagian bawah foto, menandakan foto itu sangat berarti baginya. Daun jendela dibiarkan terbuka. Meniupkan sepoi dingin angin malam, membelai lembut wajahnya yang mulai terlihat berkeriput.
Pintu berderit terbuka. Sesosok wanita yang sepertinya seusia dengan si Pak tua menyapa dengan lembut, “Pak? Pasti deh duduk di sini. Ga mau makan?.”
”Sini!”, panggil si Pak Tua tanpa menghiraukan pertanyaan istrinya itu. ”Duduk di sebelah bapak, Ma.” lanjutnya. Ya, Bapak dan Mama, panggilan sayang antar keduanya setelah mereka menikah. Pasangan suami istri yang langgeng tak termakan usia. Menghabiskan hari tua bersama, setelah dengan bahagia membimbing anak-anaknya menuju pintu sukses dan memiliki kehidupan pribadi masing-masing. Namun sesekali mereka masih saling berkunjung, tentu saja.
”Kenapaaa? Manjanya kambuh nih. Makan yuk.”
”Iya sebentar lagi. Enak lho, Ma duduk di sini.” Si Pak tua menyambut tangan sang istri, menariknya agar duduk di sampingnya.
”Tapi jendelanya jangan dibuka gitu dong. Nanti masuk angin.”
Suaminya langsung berkelit, ”Justru adem, Ma. Lagipula kan sambil pake jaket. Apalagi kalo ditemenin teh anget atau kopi anget, Ma.” Ia terkekeh meniyindir istrinya, yang disindir langsung memasang muka masam.
”Oh jadi dipanggil ke sini tuh minta dibuatin minuman anget? Yaudah, Mama buatin dulu bentar. Atau ngga, Bapak ikut aja yuk. Sekalian makan.”
”Emang sekarang jam berapa, Ma? Mama udah laper ya? Nanti bapak nyusul deh. Sekarang kita nge-teh dulu baru makan ya?”
”Yang ada tuh makan dulu baru santai. Gimana si Bapak ini. Jadi dibuatin ga?” pertanyaan yang sebetulnya tidak perlu diajukan, karena jawabannya pasti ’Ya’ dan memang begitu jawaban sang suami.
Saat sudah tiba di pintu untuk keluar menuju dapur, wanita itu kembali menoleh dan bertanya, ”Jaket itu udah berapa lama ga dicuci? Dipake mulu.” Yang ditanya tidak langsung menjawab, malah terlihat sedang berpikir.
”Heemmm. Sejak kamu beliin pertama kali untuk hadiah ulang tahun-ku 43 tahun yang lalu,” Ia tersenyum, ”setelah itu dicuci sekali, terussss... ngga tau deh,” Tapi saat melihat istrinya membelalakkan mata dengan galak, ia melanjutkan kembali, ”becanda, Ma. Kemarin lusa baru Bapak cuci ko.”
Istrinya sudah menutup daun pintu saat lelaki itu menatap foto sambil tersenyum. Seperti mengenang sesuatu. Sekelebat memori memasuki pikirannya. Tampak seorang gadis bertubuh mungil menghampirinya sambil tersenyum.

bersambung hehe :P



Tidak ada komentar:

Posting Komentar