Total Tayangan Halaman

Senin, 21 Februari 2011

sambungannya yaaa

langsung weh deh yaaa,

HADIAH TERINDAH
             ......
             ......

Perempuan paruh baya bernama Vera itu sedang sibuk di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Di sudut kanan ruangan itu terdapat tempat mencuci piring yang sepertinya selalu rutin dibersihkan karena permukaannya yang masih tetap berwarna perak metalik. Di sebelah tempat cuci itulah Ia berdiri. Mengambil gelas bertuliskan ’Bapak’ dari lemari peralatan makan. Ya, Ia sedang berada di dapur mungilnya, tempat Ia menjelma menjadi seorang Ibu Rumah Tangga. Vera mengambil teko poci hijau berisi seduhan teh pahit dan menuangkannya ke dalam gelas. Tak lupa Ia tuangkan air panas dan menambahkan gula lalu mengaduknya.
Teh hangat ini untuk suamiku, pikirnya. Kemudian Ia menghela napas dan tersenyum. Merasa bersyukur memiliki keluarga yang harmonis. Ia merindukan 2 putra nya. Apalagi hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 60 tahun. Sebersit kekecewaan muncul di benaknya. Sampai detik ini,  suaminya belum menghubunginya untuk sekedar mengucapkan ’Selamat Ulang Tahun, Ma’.
Denting sendok membuyarkan lamunannya. Vera tersadar dan menghentikan kegiatannya mengaduk. Ia yakin gula yang Ia tambahkan tadi sudah larut dengan sempurna karena lamanya Ia mengaduk.
Kemudian pintu berderit terbuka, tampak Vera membawa segelas teh yang untungnya masih mengepulkan asap meskipun tadi Ia sempat melamun cukup lama. Ditatapnya suaminya itu sebentar. Daritadi ga bergerak bukan? masih di posisi awal, pikirnya.
”Lama banget, Ma. Itu teh anget buat Bapak?” pertanyaannya dijawab anggukan sang istri, ”Sini atuh.” Sang istri menghampirinya. Duduk di samping suaminya di kursi panjang itu dalam diam. Bingung mau berkata apa.
Rifki menyeruput teh hangatnya, ”Sedaap. Mau, Ma?” tapi istrinya tetap bergeming. ”Sekarang tanggal berapa?” tanyanya sekali lagi dan berhasil. Istrinya menoleh dan terlihat terkejut sekaligus senang. Namun tetap tidak menjawab.
”Yee. Ditanya malah diam si Mama ini. Sekarang tanggal 10 ya. Besok tanggal 11, Bapak mau ketemu Pak Budi. Beliau mau ajak Bapak mancing dong, Ma.” Rifki berkata sambil menyeringai licik. Berhasil lagi, pikirnya. Istri nya menunjukkan raut kecewa karena Rifki tidak menyinggung-nyinggung soal ulang tahun.
Lama keduanya duduk dalam diam. Hanya ada suara teh manis hangat yang diteguk Rifki dan mengalir di kerongkongan dengan lancarnya. Saat Rifki mulai bosan terduduk dalam kesunyian itu, Ia letakkan gelas teh hangatnya di atas meja, di sebelah foto kenangan Ia bersama istrinya ketika kelulusan SMP. Kemudian Ia mengambil sebuah amplop kecil yang telah Ia sembunyikan. Dibukanya amplop berwarna merah marun itu. Istrinya hanya menonton dalam diam. Air mukanya menunjukkan rasa penasaran, dan terkejutlah Ia. Dari amplop kecil itu muncul kartu ucapan merah muda penuh dengan hiasan-hiasan di seluruh sisi-sisinya. Sambil menyodorkannya kepada sang istri, Rifki berkata, ”Selamat Ulang Tahun, Ma.” Rifki tersenyum. Begitu pula dengan Vera.
”Semakin speechless Mama” ucap Vera, “ga tau mau komentar apa, Pak. Makasih. Makasiih yaaaa, Rifkiiiiiku.”
”Rifkiku? Berasa muda lagi ya, Veraku? Haha. Maaf ya seharian ini Bapak seolah lupa sama ulang tahun Mama. Bapak inget ko.”
”Muda? 60 tahun usia Mama sekarang. Kartu sama amplopnya bagus, Pak. Bagus banget. Akting Bapak apalagi.” komentar Vera membuat suaminya tertawa.
 ”Masih ada lagi, Ma. Ini." Rifki menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna senada dengan amplop sebelumnya. Vera dengan ragu menerima dan membuka kotak tersebut. Di dasar kotak, 2 kertas berbentuk persegi panjang berlapiskan plastik. Diambilnya kertas itu. Dibaca perlahan sambil menahan nafas. Untuk kesekian kalinya, air matanya meleleh. Membuat suaminya keheranan.
”Kenapa, Ma?” tanyanya. Kemudian mengintip apa yang dibaca istrinya itu dan tersenyum.
”2 tiket buat Bapak sama Mama. Keberangkatan pesawat, Musim Haji tahun depan. Kloter tahun ini sudah penuh. Bapak udah daftarin nama kita berdua dari tahun kemarin. Tapi ya gitu, dapetnya yang tahun depan.” jelas Rifki tanpa ragu.
”Hadiah terindah, Pak. Mama bersyukur atas semua ini. Terima kasih, suamiku. Terima kasih Ya ALLAH.”

END :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar